Paris, 23 April 2012.
aku merapatkan coatku yang tebal dan berusaha menghalau dingin dengan mengepalkan tangan. saat ini minus 5 derajat. aku pernah mengalami yang lebih dingin, 18 derajat. tapi entah kenapa.. dingin kali ini terasa amat sangat menusuk.. dingin yang membuat raga dan jiwaku bergetar.
La pont des art. 10 februari 2010.
jam 2 siang. winter 18 derajat. aku tergesa menuju ujung jembatan ini, untuk menemui seseorang. ia telah satu jam menungguku, akibat ditutupnya jalur 6 metro selama 30 menit yang membuat aku panik luar biasa. aku tak terbiasa tidak menepati janji. apalagi dengan dia.
ya dia yang selama 2 bulan telah mengisi hariku, walau hanya lewat chatting di ym. Namun sudah membuatku begitu nyaman dan selalu menanti waktu-waktu private kami berdua ngobrol berjam-jam lwat dunia maya. ia bukan sosok yang baru bagiku. ia adalah teman baikku yang bahkan dulu tak pernah kugubris perhatiannya. kini aku mengerti, jatuh cinta bisa datang dari kenyamanan.. bukan fisik atau siapa dia. aku menemukan kenyamanan dalam dirinya.
setengah berlari aku menemukan dia diujung jembatan mengenakan coat coklat tua dan syal kotak-kotak hitam-coklat. senyumnya mengembang lebar melihatku. sungguh saat itu tak terasa dinginnya 18 derajat. yang terasa adalah kehangatan yang tiba-tiba menyeruak kedadaku dan seluruh tubuhku. aku mendekat dan kami bersalaman. aku membalas senyumnya.. malu-malu..
entah bagaimana awalnya, hingga kami akhirnya french kiss. tepat ditengah la pont des arts. setelah ia menyematkan gembok bertuliskan nama kami... Ia memelukku mesra dan menatapku lama.. matanya berbicara banyak. ada kesedihan disana. aku tau itu. seakan tak ingin aku membaca pikirannya, ia memelukku dari belakang dan kami sama-sama terhanyut memandangi aliran sungai seine dibawah jembatan. tak ada kata-kata. aku sedang berbicara dengannya melalui hati.
aku kembali mencari-cari letak gembok itu. sudah2 tahun dan aku tak yakin dimana persisnya aku dan dia menaruhnya. aku mengutuk diriku sendiri yang masih saja mengais puing-puing kenangan itu. 2 tahun bukan waktu yang sebentar untukku patah hati. aku terus meratapi kepergiannya, yang sebetulnya atas permintaanku. dan aku menyesal. aku sangat menyesal.
ia menggenggam tanganku dan membawaku ke sebuah cafe diujung jalan saint german, La Rhumerie. aku memesan hot chocolate dan ia black coffee. kami duduk bersampingan, aku tak ingin jauh darinya karna selama 2 bulan kami sudah terpisahkan oleh benua. Ia datang ke Paris karna ada pekerjaan yang harus diselesaikan, dan inilah kesempatan kami bisa bertemu. aku merasa sangat nyaman dan aman berada didekatnya. seluruh sendi-sendiku terasa dilumuri madu manis yang membuatku melayang dan tak ingin menjejak ketanah. bahkan hanya dengan menatapnya.
kami berdua diam. memang tak perlu ada yang dibicarakan. aku tau kebahagiaan ini semu. dan akhirnya akulah yang memberanikan diri memulai topik itu. topik sensitif yang kami berdua selalu hindari. topik yang tak mau kami bahas selama ini karna sangat menyedihkan. tapi aku harus..
putus asa aku mencari gembok itu. andaikan sudah ketemu, ingin rasanya kubuka gembok itu dan membuangnya kedalam sungai seine dibawahku. Aku muak dengan keangkuhannya memenuhi rongga pikiranku setiap detik setiap waktu. hingga kuliahku terlantar dan cita-citaku kandas. entah apa yang begitu membuatku sedih.. padahal kebersamaan kami hanya singkat. 2 bulan. namun keputusanku untuk berpisah bukan karna aku mengingikannya. aku menghela nafas panjang.. dan tiba tiba mataku membulat mendapati sebuah gembok bertuliskan namaku.. ya itu dia. tertera dengan jelas. Rina & Maya.
-sentul 13 Sept 2012, utk kamu..-
Komentar